Saat aku menatapnya, aku tau, dia adalah pria yang baik. Pesonanya mampu buatku berpaling dari pria lain. Dia memberikan arti yang cukup dalam saat ia menatapku kembali. Kami tersenyum tersipu malu. Mencoba mengalihkan rasa karena pipi merah ini terlihat jelas. Dia mencoba menggapaiku dalam anganku. Aku makin tertarik padanya. Namun, bibir ini saling terkatup. Mencoba biasa saat saling dekat. Mata ini saling tak hirau. Membisu saat berhadapan. Dalam hati lirih, apa dia memperhatikanku??. Ku mencoba mendekat. Memberi apa yang mau aku beri. Berharap apa yang kan ia beri. Cinta ini ada.... namun, apa di sana, di hatimu ada???
Aku terus mendekat. Merasa kau begitu indah dalam kebersamaan ini. Senyummu begitu sejuk dalam kebersamaan ini. Tpi, aku tak merasa cinta itu.. kau terlalu diam, kau terlalu menutupi. Hingga kita saling bisu, saling mencoba menghindari rasa dan asa. Sulit, hati memaksa ucap, namun nyali yang memaksa untuk diam. Biarlah, ku coba beranjak ikhlas menunggu bibirmu menyatakan apa yang kau rasa.
Aku terus menunggu. Dalam sepi, dalam penat, dan dalam bimbang. Namun, tak ujung jua kau bicara. Hingga aku lelah dan ku melangkah keluar. Aku tau dan aku yakin, kau adalah pria terbaik yang pernah aku tatap. Namun, sepertinya aku tak sekuat seperti namamu.. Aku melangkah dan ternyata kau mengikatku dengan tatapan itu. Ku meronta mengiba memohon dilepaskan. Namun itu terlalu hebat. Terlalu hebat hingga ku melemah.
Ada cinta.. ada cinta dihati kita. Namun, kenapa kita terlalu munafik? Terlalu enggan untuk berucap? Apa karena yakin itu belum ada? Ku hanya bisa menikmati cinta semu mu. Walau aku tak tau kapan kan berujung. Aku percaya, kau memang yang terbaik. Hingga ku memutuskan untuk menanti hal indah yang kau punya.
Ku sempat gelisah dan tersiksa menahan apa yang tak ingin aku tahan. Namun, kepercayaan bahwa sabar=bahagia, mengobati semuanya. aku menanti karena aku tak bisa mendengar hatimu. Aku menanti karena aku tak bisa merasa hatimu. Aku menanti karena aku mulai meragu..
Bagai kau mendengar dan mencoba mengobati kegelisahan hatiku. Kau tersenyum, kau genggam tangan ini, kau berbisik apa yang slama ini ingin aku dengar dari bibir manismu. Dan aku tersenyum memejamkan mata merasa jerat hati lepas...
No comments:
Post a Comment